Kamis, 27 September 2012

Pro dan Kontra di Abad ke-21: Kloning

Diposting oleh Unknown di 22.28
            Sejak lahirnya domba Dolly tanggal 5 Juli 1996 di Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia, kata “kloning” tiba-tiba melanda dunia. Kata ini sebenarnya sudah lama dipakai dalam bidang biologi, namun tidak pernah dipublikasikan sedemkian maraknya sampai foto anak domba kecil dari jenis Finn Dorset ini menghiasi setiap halaman muka surat kabar terkemuka di dunia.
            Kemudian berita “kloning” kembali menggemparkan dunia ketika Dr. Boisselier, anggota Raelians (sebuah grup religius yang percaya bahwa manusia diciptakan oleh makhluk luar angkasa yang mengkloning dirinya sendiri) mengumumkan bahwa seorang bayi kloning telah lahir dengan selamat, sebagai buah penelitian grupnya akhir tahun 2002. Entah karena takut dikecam oleh para pemerhati etika sains, atau kerena berita ini hanya sebuah upaya untuk menarik minat para pemilik dana untuk bergabung dalam kelompok ini, tidak ada satu pun data-data penelitian yang diperlihatkan, tidak juga foto bayi maupun foto ibunya. Di dalam dunia penelitian yang menuntut publikasi jurnal yang memuat data, grafik, dan bukti-bukti yang akurat, berita yang dianggap sebelah mata oleh para ilmuwan ini telah menggegerkan dunia awam sekaligus menyuntikkan ide-ide baru yang kontroversial.
            Prinsip dari teknik yang diaplikasikan untuk menciptakan Dolly, sebenarnya sangatlah sederhana dan sudah ada sejak tahun 1975. Seorang ilmuwan bernama Gurdon mengambil nukleus (inti sel) dari sel telur katak dan menggantinya dengan nukleus dari sel usus. Hasilnya, kecebong-kecebong kecil yang mati tumbuh menjadi katak dewasa. Dua hal yang menyebabkan penelitian ini begitu penting yaitu pertama, dogma yang kita pelajari di bangku sekolah, yang menyatakan bahwa hanya sel kelamin yang dapat bereproduksi adalah salah. Sel somatis (semua sel selain sel kelamin, yaitu sel saraf, sel kulit, sel tulang, sel otot, dan sebagainya) juga dapat menghasilkan individu baru asal diimplantasikan (dicangkokan) ke dalam sel telur penuh gizi untuk pertumbuhan embiro. Kedua, sel-sel tubuh kita yang dianggap sebagai sel-sel yang hanya bisa beregenerasi sebagai jenis yang sama dari dirinya (sel rambut yang membelah diri hanya bisa membentuk sel rambut lainnya) ternyata dapat menjadi sebuah individu baru yang lengkap. Inilah yang menjadi pemicu berkembangnya penelitian stem cell, sel mudah yang dapat berkembang menjadi sel apapun.
            Dolly adalah anak domba yang lahir tanpa kurang suatu apapun, walaupun ia bermula dari sebuah sel telur kosong yang diisi dengan nukleus sel kelenjar susu ibunya. Dengan demikian, tidak seperti domba normal lainya yang memiliki separuh informasi genetika si ayah separuh dari si ibu, setiap sel di tubuh Dolly menyimpan kode genetis yang sama persis dengan ibunya. Bisa dikatakan Dolly adalah kembar dari si induk yang terlambar lahir 6 tahun lamanya (umur si induk pada saat itu). Namun setelah hidup hanya 6 tahun (umur domba biasanya mencapai 11-12 tahun), Dolly mati muda disebabkan penyakit paru-paru, yang biasanya menyerang domba-domba yang lanjut usia. Dolly juga mengendap penyakit arthritis, mengerasnya sendi-sendi dan engsel  tulang, lagi-lagi penyakit yang biasa ditemukan pada domba yang sudah tua. Penelitian sesudah kematiannya, menunjukan bahwa Dolly memiliki telomer yang lebih pendek dari pada domba normal seusianya. Dolly dikloning dari domba yang berusia 6 tahun dari hasil penelitian ini seolah-olah menunjukan bahwa tubuh Dolly sudah berumur 6 tahun pada saat dilahirkan.
            Jumlah sel telur yag dipakai dalam percobaan itu yaitu 277 buah. Dan satu-satunya yang berhasil hanya hidup singkat. Tidak hern kalau kemudiaan timbul kalangan menentang kloning manusia. Bagi mereka ini tidak lain adalah sebuah pembunuhan massal.
            Namun seperti semua ide kontroversial pada layaknya, di mana ada kontra selalu ada pro. Mengapa? Karena ada keuntungan yang bisa didapatkan dari mengkloning manusia. Misalnya, membantu baik pasangan mandul maupun orang tua tunggal untuk memiliki anak yang benar-benar darah dagingnya. Ada pula motivasi-motivasi lain yang berada di ambang toleransi etika menusia yaitu menciptakan anak sehat yang gennya didesain sedemikian rupa, sehingga si kakak yang hampir mati karena menderita penyakit beta-thalassaemia (sejenis kangker darah bawaan) dapat di selamatkan dengan transplantasi sumsum tulang belakang dari stem cell embiro adiknya. Suatu kasus yang dimenangkan di pengadilan Inggris bulan April lalu setelah melalui pengadilan selama hampir  tahun.
            Kemanapun arah penelitian kloning berjalan, ada satu hal yang mungkin sebaiknya kita pertimbangkan. Bahwa walupun kita berhak menentukan nasib hewan, apakah mereka akan berakhir di perut kita atau barakhir di meja percobaan, sam seperti kita berhak mengambil keputusan atas hidup kita, manusia kloning pun (walupun masih berbentuk embiro) punya hak menentukan nasibnya sendiri.
                                             Sumber : http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=49

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kya~Keyok Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review