Meurut hasil
penelitian, mengaktifkan ponsel sambil mengemudi dapat meningkatkan risiko
kecelakaan (tabrakan) empat kali lebih tinggi dari pada tidak menghidupkan
ponsel. Beberapa negara lantas membatasi pemakaian ponsel sambil mengemudi.
Bahkan, ada yang mempertimbangkan peraturannya.
Hasil penelitian itu
juga bisa menjadi masukan bagi pemegang kekuasaan yudikatif di banyak negara,
sekaligus dapat menjadi bukti langsung bahwa penggunaan ponsel saat mengemudi
menjadi biang keladi kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Dengan membandingkan
waktu pembicaraan ponsel (diperoleh dari data tagihan telepon) dengan waktu
terjadinya tabrakan , didapat angka resiko relatif terjadi tabrakan 4,3 kali
lebih tinggi saat setelah pembicaraan ponsel dimulai dari pada waktu telepon
dimatikan.
Dari suatu penelitian
ditemukan bahwa tangan bebas memegang kemudi bukan jaminan aman dari kecelakaan
dibanding menyetir sambil memegang ponsel. Tabrakan terjadi kemungkinan karena
pemerhatian pengemudi disita oleh pebicaraan di telepon dan bukan karena bebas
tidaknnya tangan memegang kemudi. Selain itu, diperoleh fakta bahwa pengemudi
berusia muda yang berponsel ria sambil menyetir berisiko relatif lebih tinggi
terhadap terjadinya tabrakan dari pada pengemudi yang lebih tua. Data lain
menunjukan 39 % pengemudi segera menelepon pihak yang berwenang sehabis
tabrakan dengan menggunakan ponsel mereka.
Sebenarnya solusi untuk
masalah ini relatif mudah. Jika ingin melakukan pembicaraan melalui ponsel saat
berkendara, sebaiknya menepikan kendaraan dan berhenti. Pembicaraan via ponsel
bisa di dalam atau di luar kendaraan. Dengan begitu, bisa mengindari terjadinya
kecelakaan. Lebih baik menunda perjalan beberapa menit namun aman, dari pada
menanggung resiko tabrakan hanya gara-gara pembicaraan lewat ponsel sambil
mengemudi.
0 komentar:
Posting Komentar